Humas Polres Metro Bekasi - Sebanyak 169 Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan Pebayuran dan Kedung Waringin, terendam banjir karena luapan sungai Citarum, Minggu (12/12/2021). Luapan ini terjadi karena ketinggian air di sungai Citarum terus mengalami peningkatan, setelah hujan deras terus mengguyur dalam beberapa hari belakangan.
Dari data yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, banjir yang melanda Kecamatan Pebayuran berada di Kampung Bojong Poncol RT 02/04, Desa Sumber Sari, dengan ketinggian air mencapai satu meter. Akibat banjir tersebut ada 109 rumah dan 129 Kepala Keluarga (KK) terdampak.
Sementara untuk di Kecamatan Kedung Waringin, yang terdampak Kampung Bojong, Desa Bojong Sari. Disana ada dua dusun yang terdampak banjir, dengan ketinggian air sekitar 10 Cm. Kemudian, yang terdampak banjir 60 KK dari 167 jiwa.
Kepala BPBD Kabupaten Bekasi, Hendri Lincon mengatakan banjir yang melanda dua kecamatan tersebut bukan karena tanggul jebol. Namun luapan sungai Citarum, mengingat muka air sudah mulai tinggi sampai 800 debit. “Ada dua kecamatan yang dilanda banjir karena luapan sungai Citarum, Pebayuran dan Kedung Waringin. Tapi kondisinya sudah mulai surut,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Minggu (12/12).
Namun demikian, kata Hendri, BPBD belum mendirikan posko pengungsian di dua kecamatan tersebut, karena kondisi air terus surut. “Baru sebatas posko banjir, karena kondisinya masih kemungkinan surut, bukan puncaknya,” jelasnya.
Selain Pebayuran dan Kedung Waringin, dua kecamatan lainnya juga perlu waspada luapan sungai Citarum, yakni Cikarang Timur dan Cabang Bungin. Saat ini sudah mulai menyiapkan armada dan membentuk team. “Kita sudah mulai bersiaga dengan menyiapkan mobil, perahu, dan lainnya. Kita juga sudah bentuk 12 team,” jelasnya.
Sementara itu, Camat Pebayuran Hanief Zulkifli mengaku di wilayahnya ada satu RT yang dilanda banjir, yakni RT 02/04, karena tinggalnya itu di bantaran Sungai Citarum. RT tersebut hampir setiap tahun dilanda banjir. Sementara terparah ada 11 sampai 15 rumah, dengan ketinggian air satu meter, karena bantarannya rumah paling rendah.
“Memang ada satu RT yang tinggalnya di bantaran sungai Citarum, setiap ada air dari hulu turun ke hilir, kemungkinan besar pasti terendam,” ucapnya.
Menurutnya, masyarakat yang berada di RT tersebut sudah lama tinggal di bantaran sungai Citarum. Sebelumnya, sempat ada rencana akan direlokasi, tapi warga tidak ada yang mau, karena mata pencahariannya disitu.”Direlokasi juga enggak mau warga disitu, makanya setiap musim hujan terendam air. Ini terjadi setiap tahun,” jelasnya.
Sejauh ini belum ada posko pengungsian untuk warga yang terdampak banjir, tapi sudah disiapkan. Namun demikian, semua aparatur Muspika kecamatan Pebayuran sudah siap siaga, dengan mewajibkan menyiapkan tempat pengungsian, antisipasi terjadi banjir.
“Semua aparatur Muspika kecamatan Pebayuran sudah siap siaga, diwajibkan menyiapkan tempat pengungsian,” tuturnya.
Dia berharap, tidak seperti banjir pada saat tanggul jebol. Pasalnya, di wilayah Pebayuran ini tidak akan banjir jika tidak ada kiriman air dari hulu Citarum, mengingat masih banyak, karena masih banyak persawahan. “Kalau cuma hujan wilayah lokal disitu aman, enggak ada masalah. Cuma yang jadi masalah itu ada kiriman dari hulu,” katanya.
Sementara untuk tanggul sungai Citarum yang sebelumnya sempat jebol masih dalam perbaikan. “Untuk tanggul sungai Citarum yang sebelumnya jebol sudah mulai diperbaiki, mudah-mudahan di pertengahan tahun 2022 sudah selesai,” ucapnya.
Sumber : radarbekasi