Tes Pcr |
Aktual Indonesia - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin angkat bicara terkait dengan viralnya kasus hasil tes polymerase chain reaction (PCR) Covid 19 yang berbeda setelah dilakukan beberapa kali oleh masyarakat.
Budi melanjutkan, perbedaan hasil dari tes PCR yang dilakukan masyarakat dalam waktu dekat mengartikan mereka diberikan kesempatan untuk melakukan tes pembanding.
"Tidak ada tes PCR yang 100 persen sempurna, karena baik dari sensitivitas, maupun spesifikasitasnya antara 95 sampai 97 persen," katanya, dikutip melalui laman Youtube Sekretariat Presiden, Senin (7/2/2022).
Budi menjelaskan dua tes pembanding bisa dilakukan warga dengan biaya sendiri. Laboratorium tes pembanding harus sudah diakreditasi oleh Kementerian Kesehatan.
"Oleh sebab itu, untuk kedatangan dari luar negeri yang sering ramai, Kementerian Kesehatan sudah mengizinkan kalau misalnya ada dites positif boleh melakukan pembanding, bayar sendiri, sekaligus dua, di lab berbeda dan diakreditasi oleh Kementerian Kesehatan," katanya.
Menurutnya, melalui tes pembanding akan terlihat perbandingan hasil tes apakah lebih unggul positif atau negatif.
"Sekali lagi, apabila keluar dua hasilnya, langsung bisa kita lihat, nanti hasilnya ada tiga, kalau 2-1 bilang negatif, ya itu otomatis negatif, kalau 2 dari 3 itu bilang positif, ya dia itu positif," tuturnya.
Budi pun kembali menekankan bahwa tes PCR Covid-19 tidak seluruhnya sempurna sehingga tes pembanding menjadi salah satu jalan keluar saat ini.
"Tidak ada di mana pun di dunia, 100 persen PCR itu tepat, selalu ada selisihnya. Namun, diberi kesempatan [bagi masyarakat] kalau dia datang ragu, dia bisa tes pembanding," tuturnya.
Sementara itu, dia menyebut terdapat tiga provinsi yang melaporkan kasus harian Covid-19. Ketiga daerah tersebut adalah DKI Jakarta, Banten, dan Bali yang melebihi puncak saat gelombang kenaikan akibat Delta pada 2021.
Dia menjabarkan, untuk DKI Jakarta puncak kasus per Minggu (6/2/2022) mencapai 15.800 kasus dengan puncak kasus saat gelombang Delta mencapai 14.600 kasus.
Selanjutnya, Banten mengalami puncak kasus per Minggu (6/2/2022) hingga 4.800 kasus, sedangkan puncak kasus saat gelombang Delta berada di angka 3.900 kasus.
Adapun, Bali mencapai puncak kasus per Minggu (6/2/2022) hingga 2.000 kasus, sementara puncak kasus saat gelombang Delta mencapai 1.900 kasus.