Aktual Indonesia - Perdana Menteri Sri Lanka Ranil
Wickremesinghe mengatakan negaranya benar-benar bangkrut dan
menderita krisis keuangan terparah dalam beberapa dekade terakhir.
Ia menyebut negosiasi dengan Dana Moneter
Internasional (IMF) untuk menghidupkan kembali ekonomi negara yang runtuh bakal
sulit, karena negara berpenduduk 22 juta jiwa itu memasuki pembicaraan sebagai
negara bangkrut. Bukan negara berkembang.
"Kami sekarang berpartisipasi dalam negosiasi
sebagai negara bangkrut. Karenanya, kami harus menghadapi situasi yang lebih
sulit dan rumit dari negosiasi sebelumnya," katanya di parlemen, mengutip
CNN Business, Minggu (10/7).
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil
Wickremesinghe mengatakan negaranya benar-benar bangkrut dan
menderita krisis keuangan terparah dalam beberapa dekade terakhir.
Ia menyebut negosiasi dengan Dana Moneter
Internasional (IMF) untuk menghidupkan kembali ekonomi negara yang runtuh bakal
sulit, karena negara berpenduduk 22 juta jiwa itu memasuki pembicaraan sebagai
negara bangkrut. Bukan negara berkembang.
"Kami sekarang berpartisipasi dalam negosiasi
sebagai negara bangkrut. Karenanya, kami harus menghadapi situasi yang lebih
sulit dan rumit dari negosiasi sebelumnya," katanya di parlemen, mengutip
CNN Business, Minggu (10/7).
"Karena negara kita (Sri Lanka) dalam keadaan
bangkrut, kita harus mengajukan rencana keberlanjutan utang kita kepada IMF
secara terpisah. Ketika mereka puas dengan rencana tersebut, kita dapat
mencapai kesepakatan. Ini bukan proses yang mudah," lanjutnya.
Sri Lanka diketahui mengalami krisis keuangan
terburuk dalam tujuh dekade terakhir, cadangan devisanya anjlok ke rekor
terendah, dan uang pun habis untuk membayar impor barang-barang penting,
seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
Presiden Gotabaya Rajapaksa pada pertengahan pekan
lalu sempat mencuitkan permintaan bantuan bahan bakar dari Presiden Rusia
Vladimir Putin.
Di beberapa kota besar, termasuk ibu kota
negaranya, Kolombo, ratusan orang mengantre berjam-jam untuk membeli bahan
bakar. Kegiatan sekolah pun ditangguhkan karena penggunaan bahan bakar dibatasi
hanya untuk layanan penting.
Sebelumnya, Menteri Energi Sri Lanka Kanchana
Wijesekera menuturkan negaranya hanya memiliki persediaan bahan bakar kurang
dari satu hari.
"Dalam hal bahan bakar dan makanan, negara
kita menghadapi krisis. Bahan bakar langka. Harga pangan naik," terang
Wickremesinghe.
Karena kondisi buruk negaranya saat ini, ia
memperkirakan inflasi Sri Lanka akan mencapai 60 persen pada akhir tahun ini.
"Ini akan menjadi perjalanan sulit dan pahit," jelasnya.
Sementara itu, kemarin, Rajapaksa memastikan akan
mengundurkan diri pada pekan depan setelah massa protes menduduki rumahnya pada
Sabtu (9/7). Mereka geram dengan krisis yang berlarut-larut di Sri Lanka.
"Untuk memastikan transisi damai, presiden
mengatakan bahwa ia akan mundur pada 13 Juli," ujar Ketua parlemen Sri
Lanka Mahinda Abeywardana, seperti dilansir AFP.